Lika Liku Peran Dpkter di tengan Pandemi |
Dokter merupakan tulung punggung bagi orang yang sakit, bagaimana tidak ? kita telah mengetahui bahwa pasien di rumah sakit banyak yang tidak tertangani oleh dokter ketika hadir-nya virus covid-19, dikarenakan Indonesia memiliki rasio jumlah dokter yang sangat rendah yaitu 0,4 per 1.000 penduduk, itu artinya dalam 10.000 penduduk hanya ada 4 orang tenaga dokter. Apalagi akibat covid-19 tenaga kesehatan sebanyak 2.000 telah berguguran, sehingga berdampak layanan kesehatan menjadi tidak optimal.
Untuk menjadi seorang dokter, tahapan yang harus dijalankan cukup panjang yaitu 3-4 tahun untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran, koas 2 tahun, magang/internship 1 tahun, kemudian untuk ikut internship harus lulus uji kompetensi kampus masing-masing, sehingga 5-6 tahun rekomendari WHO baru akan tercapai.
Rasion ideal menurut WHO (world Health Organization) adalah 1 per 1.000 penduduk. Saat ini kita memiliki 250 ribu dokter termasuk di dalam-nya dokter umum sejunlah 150 ribu orang, bila dibandingkan penduduk Indonesia mencapai 270 juta orang, dikarenakan rasio dokter di Indonesia baru mencapai 0,5 – 0,6 jadi masih jauh dari angka rasion 1 per 1.000.
Live Streaming Ruang Publik KBR |
Nah … di tanggal
24 Oktober yang baru saja berlalu, kita semua memperingati hari Dokter
Nasional, karena itu Yayasan NLR Indonesia dan Kantor Berita Radio mengadakan
live streaming youtube Berita KBR dengan tema Lika Liku Peran Dokter di Tengan
Pandemi dengan narasumber :
1. dr. Ardiansyah selaku Pengurus Ikatan Dokter Indonesia
2. dr. Udeng Daman selaku Technical Advisor NLR Indonesia
Dipandu oleh penyiar radio Rizal Wijaya sebagai host
Bagaimana penanganan kusta di masa pendemi ?
Menurut data dari Kemenkes ada 110 kabupaten yang tersebar di 21 provinsi yang belum tereliminasi yaitu Papua, Maluku, Sulawesi Utara. Sedangkan di propinsi Jawa Barat ada 3 kabupaten yang belum tereliminasi. Mengapa masih ada daerah endemik kusta ? banyak faktornya antara lain lingkungan sosial ekonomi, sanitasi rumah, perilaku hidup sehat dan kepadatan jumlah penduduk.
dr. Udeng mengatakan bahwa tantangan dalam mengeliminasi kusta ternyata tidak berhenti dari ketidaktersediaan dokter saja, melainkan stigma negatif yang masih ada di masyarakat, masih adanya kurang kesadaran penderita untuk memeriksakan diri ke puskesmas karena merasa takut dan malu dan masih ada kendara besar dalam pelacakan kusta di daerah.
Dua Narasumber Live Streaming Youtube Berita KBR |
Tantangan dalam mengelemina kusta
Kurangnya distribusi dokter ke daerah terpencil dikarenakan belum adanya jaminan kesejahteraan, keamanan, kesehatan dan pendidikan bagi para dokter di daerah. Perlu adanya pelatihan atau workshop tentang kusta atau diadakan program pelatihan secara formal maupun informal, sehingga dokter bisa ikut aktif.
Untuk usaha penguatan kapasitas tenaga kesehatan khususnya dokter harus sudah memiliki strategi yang telah dicanangkan baik dari sisi kuantitas maupun kualitas seperti memperlakukan pasien kusta sesuai dengan kode etik. dr. Ardiansyah mengatakan perlu adanya peningkatan kualitas pendidikan, karena dokter merupakan profesi yang belajarnya seumur hidup, melakukan kemitraan dengan pemerintah terkait kebijakan profesi dan memperdayakan masyarakat dengan cara mengedukasi agar dapat melakukan deteksi dini dengan menghapus stigma negatif kepada masyarakat
Apakah bisa penderia kusta menggunakan fasilitas telemedicine ?
Sangat bisa, oleh karena itu dokter yang memberi konsultasi dapat mengarahkan pasien ke fasilitas kesehatan bila terdapat tanda-tanda kusta. Dari pemeriksaan puskesmas pasien kusta diperiksa secara langsung, apakah ada kelainan kulit seperti bercak putih, mati rasa, ataupun gangguan fungsi syaraf. Bila sudah terjadi gejala seperti ini langsung ditangani.
Nah … kita
berharap jika semua pihak saling bersinergi, kemungkinan besar di tahun 2024
eliminasi kusta di Indonesia akan tercapai. Tidak hanya tereliminasi saja, akan
tetapi bisa mencapai tiga zero program dari yayasan NLR Indonesia yaitu Zero
transmission (menghilangkan transmisi), zero disability (mencegah terjadinya
kecacatan), zero exclusion (menurunkan stigma). Sampai jumpa di liputan berikutnya.
Salam Blogger
Sumiyati
Sapriasih
No. Wa :
085779065707
Email : sumiyatisapriasih@yahoo.com